Per-jas-an ala Saya dari Masa ke Masa



Jas digunakan oleh mereka yang kerjanya kantoran, petinggi negara atau golongan spesifik.

Lihatlah anak selebriti, walaupun kurang dari 3 tahun telah dipakaikan jas. Gantengnya, aduhai. Jenis pangeran muda. Buat orang Kristen yang wafat, akan didandani dengan sesudah jas komplet dengan sepatu pantofel. "...diperlukan sampai nantinya wafat", papar ibu.

Cuma golongan sempit di planet biru ini yang sangat terpaksa kenakan pakaian sah potongan Eropa berlengan panjang ini. Mereka yang digariskan dari sono-nya tinggal melanjutkan tongkat estafet turunan engkongnya serta/ harus berjas. Saya jelas tidak masuk hitungan. Tetapi, bagaimana jika "hukum" itu dilanggar?

Pertama-tama saya sangat terpaksa berjas ialah saat kuliah. Seputar 2012. Saya bukan anggota BEM atau senat. Bukan pimpinan organisasi. Jelas bukan itu fakta menggunakan jas. Jelek-jelek ini saya sempat dibawa main orkestra musik Natal di gereja. Lebih dari sekali juga. Untuk performa itu kami diwajibkan menggunakan jas.

Ini dapat menggesek senar biola sebab bertepatan. Waktu untuk performa satu tahun sekali itu saya harus membuat baju yang harga mahal? Boro-boro membuat, ingin sewa saja mikir berlipat. Sukurnya, ada anggota jemaat dewasa yang posturnya 11-12 dengan saya, ikhlas meminjamkan jasnya.

Kali ke-2, 2016, waktu saya acara kelulusan siswa di SMP Surabaya tempat saya sempat mengajar. Acara resmi di sekolah elit, gunakan jas harus! Walau telah kerja, belumlah ada kewajiban membeli jas. Jurus jagoan: pinjam! Sukurnya ada rekanan guru yang ada, punyai jas lebih satu. Kembali lagi posturnya tidak jauh dari saya. Bisa utang lagi.

Ke-3, 2018. Dalam tempat kerja terbaru, satu SD swasta di Salatiga. Saat itu sekolah kami diakreditasi. Dalam salah satunya faktor penilaian, si asesor perlu memandang kapabilitas guru di kelas. Atas nama kerapian, kami harus gunakan jas. Serius, sampai titik ini saya tidak berkeinginan membeli jas. Aslinya sempit kantong.

Ada rekanan guru senior punyai jas lebih satu. Dengan murah hati, dipinjaminya salah satunya ke saya. Inilah hidup ekonomis, walaupun tidak selamanya punyai tetap ada yang berderma.

Jika dapat pinjam, ngapain membeli?

Awal 2020, hal per-jas-an terasanya tanpa henti. Anda yang telah menikah, tahu arah perkataan saya. Idealisme saya tegas, "Harus buat jas, agar ada kenangannya. Bangga punyai jas pernikahan." Tetapi kenyataan berteriak bertambah keras, "Masih kurang uang." Disana saya mulai susah.


 

Postingan populer dari blog ini

The human genome

The Great Sand Sea Desert stretches over an area of 72,000km² linking Egypt and Libya.

Azerbaijan’s defense ministry said it had agreed to suspend its operation, Russian news agency RIA Novosti reported.